Masa Depan Di Persimpangan Jalan


Gerimis masih menari-nari diatas jalan beraspal, namun itu tak membuatku mengurungkan niat untuk pergi. dengan tekad bulat, aku meluncur dengan motor kesayangan, pelan-pelan sambil menikmatai angin malam yang begitu dingin. 
Dipesimpangan jalan kota, lampu merah menyala, tanpa ragu lagi ku hentikan motor dan menunggu hingga lampu itu berwarna hijau. sejuk semakin kurasakan kala itu, menoleh ke kakan dan ke kiri, ternyata kebanyakan pengendara lainya menggunakan jaket. 
Kulihat lampu masih belum berwana hijau, tiba-tiba seorang anak kecil dengan wajah kusut, pakaian yang lusuh menghampiri diantara para pengguna jalan raya, tanpa rasa sungkan, tanpa rasa takut anak itu menjulurkan tangannya sambil berkata "bang minta uangnya, bang minta uangnya" tapi tak ada satupun dari mereka yang merogoh koceknya demi anak itu. Tak lama kemudian lampu merahpun menyala, semua kendaraan berbunyi dan pergi. Kucoba menoleh kebelakang, kulihat anak itu masih berdiri diatas trotoar. 
Ntah kenapa kenyataan yang baru saja kulihat begitu menggoda pikiranku, disepanjang jalan aku berpikir, dimanakah orang tuanya..? masih adakah harapan masa depannya..? anak kira-kira berusia 7 th, seorang anak yang seharusnya berada dirumah, mendapat belai kasih sayang ayah dan ibu, anak yang seharusnya ketika jam 7 pagi berada disekolah untuk menuntut ilmu, bermain bersama teman-teman, bermain bersama bapak dan ibu guru, harus berjuang melawan kerasnya hidup, menyedihkan memang.
Mungkinkah ada yang memaksa mereka..? seandainya demikian, dimanakah hati nurani mereka..? ataukah mereka memang tidak punya hati..? membiarkan anak kecil berkeliaran ditrotoar, memeras keringat siang dan malam, membiarkan masa depan mereka terenggut dipersimpangan jalan.
Malam semakin larut, dinginpun semakin menusuk ragaku, akupun bergegas dan beranjak pulang, karena sudah rindu dengan selimut, bantal dan guling kesayangan. Belum sempat pikiran itu pergi, lagi-lagi dipersimpangan lampu merah, kulihat seorang ibu sedang menggendong bayinya, bersama anak kecil yang masih dalam genggaman erat tanganya, lusuh, kotor dengan buntalan kain melekat dibahu punggungnya. suara tangis bayi itu, membuat sesak nafasku. pikiranku yang tadinya mulai terhembus angin, kini seakan memuncak dalam otak yang sedikit beku. Adakah para bapak-bapak berdasi memikirkan masa depan mereka..? sebagaimana yang diamanatkan, demi kesejahteraan bangsa, demi mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi bahwa mereka yang berada ditrotoar jalan juga merupakan bagian dari para generasi-generasi bangsa, yang kapanpun siap menjadi pemimpin, termasuk memimpin negara indonesia tercinta ini. 
Hanya saja bisakah hal itu diwujudkan, jika para bapak berdasi tidak merubah kehidupan mereka, dan membiarkan mereka liar dijalanan..?
Besar harapan, mudah-mudahan apa yang terlihat tidak selamanya ada dan menjadi potret kotor kehidupan dari negara ini. Wassalam
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar