Kota Pontianak adalah salah satu ibu kota di Provinsi Kalimantan Barat. Oleh etnis Tionghoa di Pontianak.Kota ini juga dikenal dengan nama Khun Tien.
Kota ini terkenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis lintang nol derajat bumi. Di utara kota ini, tepatnya Siantan, terdapat monumen atau Tugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang tepat dilalui garis lintang nol derajat bumi. Selain itu Kota Pontianak juga dilalui Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Sungai Kapuas membelah kota Pontianak, yang kemudian simbolnya diabadikan sebagai lambang Kota Pontianak.
Syarif Abdurrahman, yang notabene pendiri Kesultanan Pontianak, adalah putra Al Habib Husin, seorang penyebar ajaran Islam yang berasal dari Arab pada tahun 1184 Hijriah sekaligus sebagai pendiri Kerajaan Mempawah.
Tiga bulan setelah ayahnya wafat, Syarif Abdurrahman bersama dengan saudara-saudaranya bermufakat untuk mencari tempat kediaman baru. Mereka berangkat dengan 14 perahu Kakap menyusuri Sungai Peniti. Waktu dhohor mereka sampai di sebuah tanjung, Syarif Abdurrahman bersama pengikutnya menetap di sana. Tempat itu sekarang dikenal dengan nama Kelapa Tinggi Segedong. Namun Syarif Abdurrahman mendapat firasat bahwa tempat itu tidak baik untuk tempat tinggal, kemudian ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mudik ke hulu sungai. Tempat Syarif Abdurrahman dan rombongan sembahyang dhohor itu kini dikenal sebagai Tanjung Dhohor. Ketika menyusuri Sungai Kapuas sepanjang 1,1 megameter, mereka menemukan sebuah pulau, yang kini dikenal dengan nama Batu Layang, dimana sekarang di tempat itulah Syarif Abdurrahman beserta keturunannya dimakamkan. Akan tetapi dipulau itu mereka sering mendapat gangguan hantu Kuntilanak.
Konon, nama Pontianak dipercaya ada kaitannya dengan kisah dongeng Syarif Abdurrahman yang sering diganggu oleh hantu kuntilanak tersebut. Menurut ceritanya, guna menyinggkirkan gangguan makhluk halus tersebut, Sultan memerintahkan awak kapal menembakkan meriam. Sebelum peluru meriam dimuntahkan, beliau bernazar “di mana peluru meriam jatuh, di situlah akan didirikan kesultanan”. Ikrar itupun dilaksanakan. Akhirnya nama Pontianak diambil dari nama hantu yang sering mengganggu Sultan. Peluru meriam itu jatuh melewati simpang tiga Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang kini lebih dikenal dengan Beting Kampung Dalam Bugis Pontianak Timur atau kota Pontianak.
Kegiatan membunyikan Meriam Karbit ini pun di kota Pontianak kemudian dilestarikan secara turun-temurun hingga menjadi salah satu kebudayaan setempat. Namun, bukan untuk mengusir hantu melainkan untuk perayaan hari-hari besar, seperti Ramadhan, Lebaran, dan Tahun Baru.
Menjelang subuh 14 Rajab 1184 Hijriah atau 23 Oktober 1771, mereka sampai pada persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak, setelah delapan hari menebas pohon di daratan itu, maka Syarif Abdurrahman lalu membangun sebuah rumah dan balai, dan kemudian tempat tersebut diberi nama Pontianak. Di tempat itu kini berdiri Masjid Jami’ dan Keraton Pontianak.
Akhirnya pada tanggal 8 bulan Sya'ban 1192 Hijriah, dengan dihadiri oleh Raja Muda
Riau, Raja Mempawah, Landak, Kubu dan Matan, Syarif Abdurrahman dinobatkan sebagai Sultan Pontianak dengan gelar Syarif Abdurrahman Ibnu Al Habib Alkadrie. Wassalam
Kota ini terkenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis lintang nol derajat bumi. Di utara kota ini, tepatnya Siantan, terdapat monumen atau Tugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang tepat dilalui garis lintang nol derajat bumi. Selain itu Kota Pontianak juga dilalui Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Sungai Kapuas membelah kota Pontianak, yang kemudian simbolnya diabadikan sebagai lambang Kota Pontianak.
Syarif Abdurrahman, yang notabene pendiri Kesultanan Pontianak, adalah putra Al Habib Husin, seorang penyebar ajaran Islam yang berasal dari Arab pada tahun 1184 Hijriah sekaligus sebagai pendiri Kerajaan Mempawah.
Tiga bulan setelah ayahnya wafat, Syarif Abdurrahman bersama dengan saudara-saudaranya bermufakat untuk mencari tempat kediaman baru. Mereka berangkat dengan 14 perahu Kakap menyusuri Sungai Peniti. Waktu dhohor mereka sampai di sebuah tanjung, Syarif Abdurrahman bersama pengikutnya menetap di sana. Tempat itu sekarang dikenal dengan nama Kelapa Tinggi Segedong. Namun Syarif Abdurrahman mendapat firasat bahwa tempat itu tidak baik untuk tempat tinggal, kemudian ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mudik ke hulu sungai. Tempat Syarif Abdurrahman dan rombongan sembahyang dhohor itu kini dikenal sebagai Tanjung Dhohor. Ketika menyusuri Sungai Kapuas sepanjang 1,1 megameter, mereka menemukan sebuah pulau, yang kini dikenal dengan nama Batu Layang, dimana sekarang di tempat itulah Syarif Abdurrahman beserta keturunannya dimakamkan. Akan tetapi dipulau itu mereka sering mendapat gangguan hantu Kuntilanak.
Konon, nama Pontianak dipercaya ada kaitannya dengan kisah dongeng Syarif Abdurrahman yang sering diganggu oleh hantu kuntilanak tersebut. Menurut ceritanya, guna menyinggkirkan gangguan makhluk halus tersebut, Sultan memerintahkan awak kapal menembakkan meriam. Sebelum peluru meriam dimuntahkan, beliau bernazar “di mana peluru meriam jatuh, di situlah akan didirikan kesultanan”. Ikrar itupun dilaksanakan. Akhirnya nama Pontianak diambil dari nama hantu yang sering mengganggu Sultan. Peluru meriam itu jatuh melewati simpang tiga Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang kini lebih dikenal dengan Beting Kampung Dalam Bugis Pontianak Timur atau kota Pontianak.
Kegiatan membunyikan Meriam Karbit ini pun di kota Pontianak kemudian dilestarikan secara turun-temurun hingga menjadi salah satu kebudayaan setempat. Namun, bukan untuk mengusir hantu melainkan untuk perayaan hari-hari besar, seperti Ramadhan, Lebaran, dan Tahun Baru.
Menjelang subuh 14 Rajab 1184 Hijriah atau 23 Oktober 1771, mereka sampai pada persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak, setelah delapan hari menebas pohon di daratan itu, maka Syarif Abdurrahman lalu membangun sebuah rumah dan balai, dan kemudian tempat tersebut diberi nama Pontianak. Di tempat itu kini berdiri Masjid Jami’ dan Keraton Pontianak.
Akhirnya pada tanggal 8 bulan Sya'ban 1192 Hijriah, dengan dihadiri oleh Raja Muda
Riau, Raja Mempawah, Landak, Kubu dan Matan, Syarif Abdurrahman dinobatkan sebagai Sultan Pontianak dengan gelar Syarif Abdurrahman Ibnu Al Habib Alkadrie. Wassalam
menarik.. kapan2 ke pontianak aahhhh
BalasHapusJURAGANQQ | DOMINO99 | DOMINO99 ONLINE | POKER ONLINE | CAPSA
BalasHapusSUSUN | ADUQ | CEME ONLINE | SAKONG ONLINE
1 ID For 7 Games
POKER
SAKONG
BANDARQ
CAPSA SUSUN
ADUQ
BANDAR POKER
DOMINO99
Minimal Deposit 20.000
Minimal Witdraw 20.000
Dapatkan Kelebihan juraganqq(.)net
- PROSES DEPO & WD LANCAR DAN CEPAT
- ONLINE 24 JAM NONSTOP
- PELAYANAN YANG SUPER CEPAT DAN SANGAT MEMUASKAN
- KARTU NYA BAGUS2
- LEBIH MUDAH MENANG NYA
- BONUS ROLLINGAN TERBESAR
- BONUS REFFERAL TERBESAR SEUMUR HIDUP
Tunggu Apa Lagi Boss ku^^
Let's Join With Us At JURAGANQQ(.)NET
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
-Pin BBM D8ED72FC
-Pin BBM 33449B3B
-Line : juraganqq_official
WA : +6282211767486
JOIN NOW